Sabtu, 08 Oktober 2016

MARX TENTANG MANUSIA

Latar Belakang  
Kemiskinan, eksploitasi ekonomi, feodalisme dan perbudakan telah menyebabkan stratifikasi sosial yang tidak adil, terutama bagi masyarakat proletar. Para kapitalis dan golongan borjuis lainnya, secara terstruktur menindas golongan lemah, mereka memanfaatkan golongan orang-orang yang lemah ini untuk mengeruk keuntungannya sendiri. Sehingga kemiskinan yang terstruktur ini tak pernah reda dan selalu mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. Tindakan pengeskploitasian tenaga orang-orang miskin yang dibayar rendah ini kemudian menimbulkan gerakan perlawanan yang menuntut keadilan dan persamaan hak di antara sesama warga negara.
Kehadiran Karl Marx di tengah-tengah sibuknya pengeksploitasian ekonomi atas orang-orang miskin ini, memberikan angin perubahan bagi mereka. Maka, kemudian ajaran sosialisme yang dibawa Marx, pada satu sisi, mendapat sambutan yang menggembirakan dari para kaum proletar. Sementara, pada sisi yang lain, terutama bagi para kapitalis, kemuculan Marx di tengah-tengah kaum miskin ini merupakan sebuah ancaman besar yang menawarkan nasib suram atas masa depan mereka.Sosialisme yang digagas Marx mencoba untuk mengangkat derajat orang-orang miskin yang tertindas dan mendirikan masyarakat egaliter di tengah-tengah gempuran pengaruh kapitalisme Barat. Ajaran sosialismenya mencoba untuk menghapuskan sistem stratifikasi sosial di tengah-tengah masyarakat yang selama ini hanya menguntungkan para kaum borjuis-kapitalis danmerugikankaummiskin. Bahkan, hingga saat ini, sosialisme yang diperkenalkan Marx masih memiliki posisi yang sangat dominan di beberapa wilayah negara di belahan dunia, yang meskipun pada Perang Dunia II telah dimenangkan ideologi demokrasi yang dibawa Amerika Serikat dan para sekutunya yang merupakankaum-kaumkapitalis.
Harapan Marx sebenarnya tidak terlau beda jauh dari para sosialis perancis bahkan juga dari para filsuf pencerahan yakni menuju masyarakat yang lebih adil, dan mencapai kebebasan manusia seluruhnya. Akan tetapi Marx lalu menentang paham kebebasan yang yang dipahami leh Liberalisme dan individualism yang didukung oleh para filsuf  Perancis dan Inggris. Selama masyarakatmasih berkutak-katik dalam kelas-kelas, kebebasan yang didengungka hanyalah dalih-dalih untuk menutupi system yang menindas, sebab selama masih ada institusi hak milik privat atas alat-alat produksi, kelas pekerja tetap bergantung pada pemilik modal.[1]
Inti dari semua kritik Marx adalah bagaiaman cara untuk menghapus alienasi. Alienasi menjadikan manusia tidak bebas tetapi terbelenggu. Bagi Marx, kebebasan manusia bukan terletak pada pikiran belaka tetapi pada materi. Ujung dari semua kritiknya adalah pada ekonomi manusia. Di sini perihal materi senantiasa berkaitan dengan kerja. Jadi Marx mau memberi pandangan baru bahwa manusia harus senantiasa dihargai hasil karyanya secara lebih seimbang.

Riwayat Hidup
Karl Marx lahir di Trier perbatasa Jerman Barat yang waktu itu termasuk dalam Prussia. Ayahnya seorang pengacara Yahudi yang kelak berpindah agama, masuk agama Kristen Protestan di Trier.[2] Ibunya menyusul delapan tahun kemudian, yang mungkin menunjukkan bahwa ia sebenarnya tidak mau pindah agama.[3] Sesudah lulus dari Gymnasium di Trier ayahnya menginstruksikan Marx untk mempelajari hokum di Bonn. Tetapi ia tidak tertarik. Kemudian tanpa menunggu izin dari ayahnya, ia pindah ke Berlin untuk mempelajari filsafat. Di Berlin waktu itu terdapat kelompok intelektual  muda yang kritis dan radikal. Marx pun mengambil bagian dalam kelompok tersebut. Kelompok itu memakai filsafat Hegel sebagai alat kritik untuk untuk mengeritik kekolotan nergara Prussia. Karena itu mereka disebut Young Hegelian. Dengan penekanan pada aspek rationalitas dan kebebasan, filsafat Hegel tampak sebagai sarana yang cocok untuk mengeritik system-sistem politik yang otoriter yang menentang pengaruh agama. Karena itu mereka disebut sebagai Hegelian kiri.
Pada tahun 1840 Marx dipromosikan sebagai doctor filsafat oleh universitas Jena berdasarkan sebuah disertasi tentang filsafat Demokritos dan Epikurus. Pada tahun 1842, Marx bekerja sebagai seorang wartawan kemudian mendapat promosi menjadi editor surat kabar Cologne Rhenesche Zeitung (1820-1895). Tahun 1845, Marx pindah ke Brussel. Di sana Marx bersama Engels menulis tulisan mereka yang terkenal yaitu Comunist Manifesto. Tahun 1848, Max kembali ke Jerman saat berlangsung Revolusi Perancis. Kemudian ia berimigrasi ke Inggris sampai saat ajalnya tahun 1883.    

Konsep Tentang Manusia
Watak Manusia
            Marx melontarkan ide bahwa manusia adalah Quo manusia entitas yang dapat dikenali dan diketahui, bahwa manusia dapat didefinisikan sebagai manusia bukan hanya secara biologis, anatomis, dan fisik tetapi juga secara psikologis.[4] Ada dua hasrat dalam diri manusia menurut Marx yakni dorongan konstan atau tetap seperti lapar, nafsu seksual yang merupakan bagian integral dalam watak manusia, dan dorongan yang relatif yang merupakan bagian integral dalam watak manusia tetapi berasal dari struktur sosial. Manusia benar-benar berubah sepanjang sejarah, mengembangkan dirinya, dia adalah produk sejarah. Sejarah adalah sejarah perwujudan diri manusia. keseluruhan dari apa yang disebut sejarah tidak lain adalah penciptaan manusia oleh tenaga buruh, dan terciptanya alam bagi manusia.  oleh karenanya manusia memiliki bukti yang tidak dapat disangkal atau penciptaan dirinya atas asal-usulnya.

Aktivitas Diri Manusia
            Bagi Marx manusia akan hidup hanya jika ia produktif, menguasai dirinya dengan tindakan untuk mengkspresikan kekuasaan manusiawinya yang khusus. Ekspresi diri manusia ini teraktualisasi dalam kerja. Yang menjadi titik awal bagi  analisis Marx ialah teori ekonomi klasik yaitu teori nilai kerja.[5] Dalam mengekspresikan dirinya dibutuhkan kemerdekan dan kebebasan. Kemerdekaan dan kebebasan baginya didasarkan pada perilaku menciptakan diri. Seorang manusia tidak akan merdeka jika ia tidak menjadi majikan bagi dirinya sendiri, dan dia hanya dapat menjadi majikan bagi dirinya sendiri ketika meminjamkan eksistensinya untuk dirinya sendiri.[6]
Buruh adalah sebuah proses dimana manusia dan alam berpartisipasi dan dimana manusia  dengan kehendak sendiri memulai, mengatur dan mengendalikan hubungan material antara dirinya dengan alam. Manusia mempertentangkan dirinya dengan alam sebagai salah satu kekuatannya sendiri yang menggerakkan tangan dan kaki, kepala dan tangan, kekuatan alam dari tubuhnya dalam rangka mengakprosi produksi alam dalam bentuk yang sesuai dengan keinginannya sendiri. 

Konsep Sosialis Marx
            Dalam konsepnya terhadap sosialis, Marx mengatakan bahwa individu berpartisipasi secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan.  Sosialisme bagi Marx adalah sebuah masyarakat yang memberi ruang bagi aktualisasi esensi manusia, dengan cara mengatasi alienasinya, sebuah masyarakat yang melayani kebutuhan manusia. Sosialisme tidak kurang dari menciptakan kondisi-kondisi untuk mencapai manusia yang benar-benar bebas, rasional, aktif dan independen. Visi Marx didasarkan atas keyakinannya pada manusia, pada  potensialitas   esensi manusia yang nyata dan berkembang dalam sejarah. Dia menganggap sosialisme sebagai syarat kebebasan dan kreativitas manusia bukan sekedar dengan sendirinya menjadi tujuan hidup manusia. Sosialisme itu anti otoriter, sejauh berkenaan dengan gereja dan negara, sehingga sosialisme pada akhirnya bertujuan untuk melenyapkan negara dan kemudian membangun sebuah masyarakat yang tersusun atas individu-individu yang saling bekerja sama secara suka rela. Tujuan ini merupakan tujuan rekonstruksi masyarakat.

Konsep Humanisme Marx
Dehumanisme Dalam Produksi Kapitalis
            Dehumanisme manusia dalam produksi kapitalis Marx menyebutnya alienasi atau keterasingan. Buruh bekerja bagi kekuatan asing, bagi pemilik modal. Sehingga dari sini dapat dilihat bahwa  pekerjaannya adalah kerja paksa. Oleh karena itu buruh baru kerasan di luar pekerjaan dan dalam pekerjaan ia merasa di luar dirinya. Ia pada dirinya sendiri apabila ia tidak berkerja dan apabila ia berkerja ia tidak pada dirinya sendiri.  Sekaligus hubungannya dengan manusia lain diracuni, ia bertemu dengannya bukan sebagai rekan manusia melainkan sebagai pemilik modal, jadi sebagai penghisap atau sebagai buruh jadi sebagai saingan tempat kerjanya. Demikian pekerjaan di bawah komando modal menghasilkan keterasingan manusia dari hakekatnya. Kekuatan-kekuatan hakekat manusia yang diobjektifkan melalui pekerjaan melepaskan diri dan berdiri sendiri, mereka sekarang merupakan kekuatan yang berhadapan dengan manusia dan memperbudaknya. Manusia terpisah dari kemungkinan untuk merealisasikan hakekatnya sendiri.[7]
   
Masyarakat Yang Teremansipasi
            Manusia adalah makluk spesies, tidak saja karena secara praktik dan teoretis ia menjadikan spesies baik sebagai obyeknya sendiri maupun obyek-obyek makluk lain sebagai obyeknya tapi juga karena ia memperlakukan dirinya sendiri sebagai makluk universal dan karenanya ia adalah makluk yang bebas. 
            Keseluruhan kosep Marx tentang perwujudan diri manusia dapat sepenuhnya dipahami hanya dalam kaitannya dengan konsepnya tentang kerja.[8] Buruh adalah suatu proses di mana manusia dan alam berpartisipasi, dan di mana manusia dengan kehendak sendiri memulai, mengatur dan mengendalikan hubungan material antara dirinya dengan alam. Buruh adalah tindakan manusia, sebuah ungkapan kekuasaan fisik dan mental individual. Dalam proses aktivitas yang asli ini, manusia mengembangkan dirinya, menjadi dirinya, pekerjaan bukan alat untuk mencapai tujuan produk, tetapi tujuan itu sendiri ungkapan esensi manusia yang bermakna.[9]
 Marx yang selalu menyangkal bahwa  teorinya mengandaikan penilaian-penilaian tertentu ternyata beropersi atas dasar penilaian-penilaian moral tertentu, kelihatan juga di mana ia mencoba memuaskan bagaimana bentuk sosial yang tidak terasing itu. Emansipasi manusia dipahami ebagai perealisasian diri yang menyelruh dan bebas dari segala heteronomi. Dalam masyarakat komunis tidak ada pelukis, melainkan paling-paling manusia yang antara lain juga melukis.[10]

Kritik Atas Ajaran Marx
Ajaran Marx Yang Sudah Mati
            Sosialisme ilmiah adalah sosialisme yang mau memperlihatkan dengan meneliti hukum-hukum perkembangan masyarakat bahwa sosialisme dalam artian keadaan masyarakat di mana hak miik pribadi atas alat-alat produksi yang telah dihapus akan datang. Tidak ada satu alasan pun yang membenarkan bahwa teori politik boleh mengabaikan niali-nilai dan sebaliknya menggantungkan diri pada hukum-hukum sejarah yang beroperasi dengan prinsip kebutuhan yang kuat.
            Jika orang mengira bahwa komunisme bisa diharapkan, masalah-masalah nilai akan muncul. Menyatakan sejalan dengan pandana Marx bahwa peran tindakan atau gerakan adalah  untuk meperpendek waktu dan mengurangi penderitaan kelahiran komunisme berarti mengajukan pertanyaan manakah yang akan diambil kelahiran komunisme cepat tapi penuh darah atau kelahiran komunisme lama tapi tanpa darah? Ketidak pastian dan tanggungjawab moral menjadi bagian dan kecemasan dari tindakan politik. Menolak fakta ini berarti memihak pada kecongkakan intelektual dan kebutaan moral. Bagian-bagian teori Marx lainnya bisa dikatakan dengan jelas telah mati atau dengan jelas masih hidup. Teori-orinya tentang alienasi, penindasan, kelas, komunisme, an ideologi samai tingkat tertentu dirusak oleh elemen-elemen angan-angan belaka, penjelasan fungsional dan sedikit kesewenangan tapi mereka juga menawarkan wawasan yang vital .
            Apakah memang benar bahwa perubahan sosial harus dicapai melalui revolusi? adalah juga kenyataan bahwa perbaikan kedudukan kelas buruh terjadi dengan cara reformasi, bukan revolusi seperti yang terjadi dalam negara-negara kapitalis Barat. Marx tidak memperhatikan bahwa kepentingan kelas atas tuk mempetahankan kedudukannya juga dapat mendesak mereka untuk berkompromi dengan kelas-kelas bawah. Justru dengan meningkatkan perasaan puas kelas-kelas pekerja, para pemilik dapat mempertahankan keduukan mereka. Jadi tidak benar bahwa keadaan sosial hanya dapat dicapai melalui revolusi struktur-struktur sosial yang ada. Yang benar ialah bahwa tanpa tekanan dari bawah, keadilan sosial memang tidak tercipta. Mengharapkan keadilan sosial semata-mata dari kelas-kelas atas tidak beralasan karena mereka tidak dapat menggergaji dahan dimana mereka duduk.
            Secara lebih spesifik yang perlu diragukan adalah anggapan Marx bahwa keselamatan masyarakat dapat terwujud asal saja hak milik pribadi  mereka atas alat-alat produksi dihapus. Di sii Marx melalaikan tindakan manusia yang kedua yakni interaksi. Hubungan antar manusia tidak hanya ditemukan oleh hubungan kerja. Maka perubahan bentuk hubungan kerja itulah inti penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi per se belum menjamin eksploitasi dari manusia kepada manusia. 
            Oleh karena itu seluruh pengandaian dasar Marx tidak meyakinkan bahwa emansipasi manusia hanya mungkin mlalui revolusi. Pengalaman menunjukkan bahwa sering revolusi malahan melahirkan represi-represi baru. Marx mau menghindar dari moralisme dangkal yang mengharapkan perbaikan masyarakat semata- mata dai perubahan revolusioner struktur-struktur itu aalah tanpa dasar.

Ajaran Yang Masih Hidup
a. Kerja Sebagai Pengaktualisasian Diri Manusia
      Teori ini masih hidup seperti yang sudah kita alami dalam praktek hidup sehari-hari. Dengan menekankan realisasi diri individu, Marx ngin menekankan dua hal yakni: pertama, ketika manusia bekerja, ia merealisasikan segala potensi, bakat, skill dan kemampuan yang ia miliki untuk pengembangan diri dan untuk hidupnya yang layak. Oleh karena itu kerja harus merupakan pengungkapan diri yang utuh dan otonom tanpa paksaan dari siapapun. Dalam bekerja juga, pekerja jangan bekerja karena adanya desakan ekonomi tetapi harus sungguh pengaktualisasian segala potensi dirinya dalam kerja tersebut. Kedua, kerja juga harus merupakan media relasi manusia dengan sesamanya yang lain dan dengan alam atau obyek kerjanya. Dengan kerja tidak menciptakan kerenggangan relasi diantara sesama.

b. Teori Penindasan
      Teori ini juga masih hidup seperti juga bersinggungan dengan konsepsi Marx tentang distribusi keadilan. Sekali pun demikian penyamarataan untuk penindasan bukanlah suatu konsep moral yang fundamen namun teori cukup memberi petunjuk yang bernilai untuk menemukan apa yang benar dan apa yang salah.

c. Teori Kesadaran Kelas
      Teori Marx tentang kesadaran kelas, perjuangan kelas dan politik masih hidup dengan penuh gelora. Marx membicarakan kesadaran  bukan ideal-ideal. Sesungguhya kebutaan pikiran sadar manusialah yang enceahnya dari kesadaran akan kebutaan-kebutaan manusia yang sebenarnya dan akan ideal-ideal yang yang berakar pada kebutuhan tersebut. Hanya jika kesadaran palsu ditransformasikan menjadi kesaaran sejati  yakni hanya jika kita menyaari realitas. Konsep perjuangan kelasnya merupakan dorongan dan motivasi. Konsep perjuangan kelasnya merupakan dorongan dan motivasi demi penyamarataan hak, kewajiban serta kesempatan untuk berusaha dan perkembangan demi pengaktualisasian diri yang penuh.
           
Kesimpulan
            Sistem filsafat Marx dikenal dengan nama “materialism sejarah”. Materialism berarti kegiatan dasar manusia adalah kerja bukan pikirannya. Di sini dia menerima pengandaian Feurbach bahwa kenyataan akhir adalah obyek indrawi, tetapi obyek indrawi harus dipahami sebagai kerja atau produksi. Berdasarkan asa materialistis, Marx mengandaikan bahwa kesadaran tidak menentukan realitas melainkan sebaliknya realitas material menentukan kesadaran. Realitas material itu adalah cara-cara produksi barang-barang material dalam kegiatan kerja. Jadi di sini Marx mau menunjukkan kepada dunia bahwa hidup manusia senantias bergantung pada kerja. Kerja merupakan perwujudan diri manusia. Karena merupakan perwujudan diri maka kebebasan harus menjadi harga mati dalam diri mansuai. Orang bebas adalah mereka yang mampu menciptakan suatu situasi yang betul-betul memberi kebahagiaan bagi mereka sendiri. 
            Marx merupakan filsuf pendobrak yang berani mengeritik sitasi social yang ada. Berpotret pada pandangannya yang sangat brilian bagi saya secara pribadi sangat menarik untuk dipelajari dan bahkan menjadi bagian darihidup manusia di zaman sekarang. Kiranya ajaran-ajaranya yang masih hidup menjadi acuan bagi setiap orang dalam bertindak dan berjalan. Ajarannya tentang kerja sebagai aktuaslisasi diri manusia saya perlu sangat penting bagi hidup manusia zaman sekarang karena zaman sekarang dengan kemajuan teknologi dimana hampir nilai kerja dalam diri manusia mulai berkurang. Kita perlu tetap mengahidupkan apa yang sudah Marx kritik dalam masanya.

  



DAFTAR PUSTAKA

1.      Terrel Carver (Ed), The Cambridge Companion To Marx, (Amerika : Cambridge university Press, 1991)
2.      Frans Magis Suseno, Pemikiran Karl Marx, Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan Revisionisme, (Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 2001 )
3.      Erich From, Marx’s Concept of Man (Konsep Manusia Menurut Marx), Agung Prihantoro (penerj), (yogyakarta:Pustaka pelajar, 2002
4.      Mikhael newman,  Sosialisme Abad 21: Jalan Alternatif  Bagi Neoliberalisme, (Yogyakarta, Nailil Printika, 2006
5.      F. budi Hardiman, Filsafat Modern (dari MArchiaveli sampai Nietzsche),(Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2007)





[1] F. budi Hardiman, Filsafat Modern (dari MArchiaveli sampai Nietzsche),(Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 239
[2]Terrel Carver (Ed), The Cambridge Companion To Marx, (Amerika : Cambridge university Press, 1991), hlm. 4
[3] Frans Magis Suseno, Pemikiran Karl Marx, Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan Revisionisme, (Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 2001 ), hlm. 6    
[4] Erich From, Marx’s Concept of Man (Konsep Manusia Menurut Marx), Agung Prihantoro (penerj), (yogyakarta:Pustaka pelajar, 2002), hlm. 34
[5] Mikhael newman,  Sosialisme Abad 21: Jalan Alternatif  Bagi Neoliberalisme, (Yogyakarta, Nailil PRintika, 2006), hlm. 36
[6] Erich From, Opcit hlm. 48
[7] F. Magis Suseno, Op. Cit hlm. 30
[8] Ibid hlm. 103
[9] Erich Fromm, Op. Cit, hlm. 53.
[10] F. Magis Suseno, Op. Cit, hlm. 131.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support